![]() |
Menyiapkan tenda (Foto:dedi) |
Umumnya, pasar tradisional buka pada pagi hari dan tutup
atau setidaknya mulai sepi setelah pagi berlalu. Hal berbeda akan kita temui di
pasar Banyu Asri, Singaraja, Bali. Layaknya pasar lain, pasar ini memang buka pada
pagi hari. Namun, setelah sore kita akan temui lagi pasar yang tak kalah ramai
dengan pasar pagi hanya tempatnya, kini, berpindah.
![]() |
Penjual telur yang menata dagangannya (foto: dedi) |
Waktu yang dibutuhkan pedagang untuk menyiapkan barang
dagangannya bervariasi bergantung pada jenis dagangan dan jumlahnya. Seorang
pedagang, yang terlihan paling cepat menggelar dagangannya adalah seorang nenek
penjual sayur. Nenek ini, menempati satu sudut pasar, yang bersebelahan dengan
pedagang ikan laut dan telur. Yang dijualnya pada sore itu (4/12) hanyalah dua
jenis sayur, yakni sayur hijau dan kacang panjang . Alasnya, meja yang warnanya
telah tertup usia; tanpa atap. Sayur yang dijualnya, dibeli beberapa saat
sebelum pasar buka dari pedagang yang lebih besar.
![]() |
Penjual sayur (sayur hijau dan kacang panjang (foto: dedi) |
Beberapa ratus meter dari pasar ini, terdapat minimarket yang menjual hal yang sama bahkan jauh lebih lengkap. Sayur-mayur, tahu-tempe serta daging disimpan dalam lemari es toko itu. Bumbu dapur disajikan dalam wadah yang membuatnya seperti asesoris, dan dalam jenis beragam hingga bumbu yang hanya kadang saya dengar pada siara memasak di televisi.
Harga lebih mahal di toko itu mungkin tak akan terlalu terasa dengan pelayanan dan penyajian termasuk tas plastik "bermerek" toko itu. Yang kita nikmat akhirnya bukan sekadar produk yang dijual, namun citranya. Di sinilah dengan jelas pula tampak wajah kapitalisme yang kadang tak adil. Karena itu, keberpihakan pembeli sangat dibutuhkan.
Komentar
Posting Komentar